Rabu, 11 Januari 2012

FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK BERKREASI

Bagi orang tua yang  bingung mencari tempat les yang berbobot tinggi,berkualitas dan murah
segera hubungi bimbel RLC
...
cp : 085654435097


bagi anda yang gx sempat masak atau mau mencoba rasa nasi yang rasanya berbeda dengan nasi yang lain coba deh rasa nasi yang satu ini ''NASI KRATON''.rasanya nikmat,lezat dan mantap....
cocok untuk sarapan pagi. kalau anda berminat hubungi : 085310468413


bagi anda yang tidak pernah merasa kerupuk basah yang rasa nya gurih,enak,lezat dan rasanya lebih nikmat dari bakso coba deh ''KERUPUK BASAH DARI KAPUAS HULU''yang rasa nya khas melayu kalimantan barat dengan pembuatan khas melayu. bagi anda Yang berminat segera hubungi 
saudari NAIPAWATI
HP:085750931305

kalau anda yanag berminat ingin memesankan sovenir yang lucu-lucu,unik murah meriah,
segera hunbungi untuk pemesanan sovenir ini
hp:085247051515


bagi anda yang ingin memesankan separtpat kendaraan roda 2 atau roda 4 yang harganya terjangkau segera hubungi saudara ahap di no hp ini :085247059286

bagi anda yang doyan makan ikan nila atau memelihara ikan nila anda dapat membeli di alamat kami yang di bawah ini :jalan muhammad saleh ali belitang 2 kabupaten sekadau.
atau hubungi kami di no hp ini : 085393216566

untuk anda yang suka makan kue lapis ,anda bisa lansung memesan lewat kaskus yang alamatnya(ID)
dapat mengunjungi  (audrapff) atau hubungi di no hp ini :085753531083

Senin, 09 Januari 2012

makalah mppf


Pendekatan problem posing pada materi gravitasi
Di kelas 2 SMA

TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH : MPPF
DOSEN : SOKA HADIATI,S.Pd
DI SUSUN OLEH
  NAMA                                                          NIM
YOGA ABDIRA SEJA                                : 320900066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
KELAS A PAGI
SEMESTER V (LIMA)


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) PONTIANAK
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam belajar fisika hendaknya peta konsep dan prinsip-prinsip fakta tidak diterima secara procedural tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan tidak dapat di pindahkan begitu saja dari seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka.   
Penelitian pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah menunjukan suatu pergeseran ke arah paradigma konstruktivis. Berkenaan dengan pembelajaran konstruktivis,tugas seorang guru adalah menyediakan atau memberikan kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka mengekspresikan gagasan-gagasan mereka serta mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Jadi peranan guru dalam pembelajaran adalah mediator dan fasilitator dalam pembentukan pengahtahuan dan pemahaman siswa (Suparno, 1997 :65).
Untuk mendukung hal itu. Para pakar pendidikan telah mengembangkan berbagai system pembelajaran  yang lebih memperhatikan aspek siswa, salah satunya  adalah pembelajaran dengan pendekatan problem posing. Problem posing (pengajuan soal) adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada aliran konstruktivis,berbeda dengan pembelajaran yang bersifat konvensional yang lebih menekankan pada hapalan yang cendrung mematikan daya nalar dan kreativitas berpikir anak(siswa).
Misalnya dalam materi gravitasi siswa banyak  tidak mengetahui huukm-hukum kepler tentang gravitasi,hukum gravitasi newton dan tentang pengukuran kostanta gravitasi universal. Contohnya dalam pengerjaan soal latihan yang di berikan guru pada materi gravitasi. Banyak para siswa kurang mampu untuk pemahaman konsep tentang gravitasi khususnya pada hukum-hukum gravitasi kepeler dan hukum-hukum gravitasi newton. Dalam Masalah ini ,proses pembelajaran yang di lakukan guru di kelas harus di lakukan secara efektif,misalnya malakukan pendekatan problem posing kepada siswa. Agar dalam proses pembelajaran di kelas siswa dapat mengelola kemampuan berpikirnya lebih baik dan siswa dapat memahami pembelajaran yang di lakukannya dengan cara memecahkan masalah tanpa harus terpaku pada guru.
B.     Rumusan maslah
1.      Bagaiman prestasi belajar siswa pada materi gravitasi setelah di berikan pembelajaran dengan konvensional ?
2.      Bagaiman pretasi belajar sisiwa pada materi gravitasi setelah di berikan pembelajaran dengan problem posing ?
3.      Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran problem posing dan konvensional?

C.     Tujuan penelitian
1.      Untuk mengahtahui prestasi belajar siswa  pada materi gravitasi setelah di ajarkan dengan pendekatan  konvensional
2.      Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada materi gravitasi setelah  di ajarkan dengan pendekatan problem posing
3.      Untuk mengetahui perbedaan  prestasi belajar siswa antara pembelajaran problem posing dan konvensional.

D.    Manfaat penelitian

1.      Pendidik atau calon pendidik : hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang model pembelajaran dalam pembelajaran fisika yang tepat sehingga dapat digunakan sebagai bahan  pertimbangan  dalam proses mengajar di sekolah sehingga prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.
2.      Lembaga pendidikan : guna memberi informasi awal dan bahan referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kondisi objektif di lapangan bagi pihak-pihak tertentu yang bermaksud mengembangkan atau melakukan penelitian serupa di tempat lain.
   BAB II
PEMBAHASAN
KAJIAN TEORI
Menurut Brown dan Walter dalam Kadir, pada tahun 1989 untuk pertama kalinya istilah problem posing diakui secara resmi oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) sebagai bagian dari national program for re-direction of mathematics education (reformasi pendidikan matematika). Selanjutnya istilah ini dipopulerkan dalam berbagai media seperti buku teks, jurnal serta menjadi saran yang konstruktif dan mutakhir dalam pembelajaran matematika. Problem posing berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari kata problem dan pose. Problem diartikan sebagai soal, masalah atau persoalan, dan pose yang diartikan sebagai mengajukan (Echols dan Shadily, 1990:439 dan 448). Beberapa peneliti menggunakan istilah lain sebagai padanan kata problem posing dalam penelitiannya seperti pembentukan soal, pembuatan soal, dan pengajuan soal (Yansen, 2005:9).
Suryanto  mengemukakan bahwa problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris, sebagai padanan katanya digunakan istilah “merumuskan masalah (soal)” atau “membuat masalah (soal)”. Sedangkan menurut Silver (Sutiarso: 2000) bahwa dalam pustaka pendidikan matematika, problem posing mempunyai tiga pengertian, yaitu: pertama, problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit (problem posing sebagai salah satu langkah problem solving).
Kedua, problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan lain (sama dengan mengkaji kembali langkah problem solving yang telah dilakukan). Ketiga, problem posing adalah merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan.
Sedangkan The Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics merumuskan secara eksplisit bahwa siswa harus mempunyai pengalaman mengenal dan memformulasikan soal-soal (masalah) mereka sendiri. Lebih jauh The Professional Standards for Teaching Mathematics menyarankan hal yang penting bagi guru-guru untuk menyusun soal-soal mereka sendiri.
Siswa perlu diberi kesempatan merumuskan soal-soal dari hal-hal yang diketahui dan menciptakan soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari masalah-masalah yang diketahui tersebut
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan pengertian problem posing adalah perumusan atau pembuatan masalah/soal sendiri oleh siswa berdasarkan stimulus yang diberikan.
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
Problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut.Dalam pembelajaran matematika, problem posing (pengajuan soal) menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut akan dicapai jika siswa memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu belajar secara mandiri. Problem posing dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika.
Silver dan Cai menulis bahwa ”Problem posing is central important in the discipline of mathematics and in the nature of mathematical thinking”.Suryanto menjelaskan tentang problem posing adalah perumusan soal agar lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terutama terjadi pada soal-soal yang rumit
Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain.Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.

Dengan demikian, penerapan model pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok.
d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.
e. Guru memberikan tugas rumah secara individual. Silver dan Cai mnjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat diaplikasikan dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni sebagai berikut:
1.. Pre solution posing
 Pre solution posing yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan. Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.
2.. Within solution posing.
Within solution posing yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya.jadi, diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan.
3. Post solution posing
Post solution posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.
Dalam model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) siswa dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar matematika.
Dengan demikian, kekuatan-kekuatan model pembelajaran problem posing sebagai berikut.
1. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsep-konsep dasar.
2. Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam belajar.
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Bagi siswa, pembelajaran problem posing merupakan keterampilan mental, siswa menghadapi suatu kondisi dimana diberikan suatu permasalahan dan siswa memecahkan masalah tersebut.Model pembelajaran problem posing (pengajuan soal) dapat dikembangkan dengan memberikan suatu masalah yang belum terpecahkan dan meminta siswa untuk menyelesaikannya (Silver, Kilpatrick dan shlesinger), pemikiran English dalam menghasilkan pertanyaan baru dari masalah matematika yang diberikan dapat menjadi aktivias utama dalam mengajukan permasalahan.
Guru matematika dalam rangka mengembangkan model pembelajaran problem posing (pengajuan soal) yang berkualitas dan terstruktur dalam pembelajaran matematika, dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar berikut:
1. Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari aktivitas siswa di dalam kelas.
2. Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa
3. Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks, dengan memodifikasikan dan membentuk ulang karakteristik bahasa dan tugas.
Menggunakan model pembelajaran problem posing dalam pembelajaran matematika dibutuhkan keterampilan sebagai berikut.
1. Menggunakan strategi pengajuan soal untuk menginvestigasi dan memecahkan masalah yang diajukan.
2. Memecahkan masalah dari situasi matematika dan kehidupan sehari-hari.
3. Menggunakan sebuah pendekatan yang tepat untuk mengemukakan masalah pada situasi matematika.
4. mengenali hubungan antara materi-materi yang berbeda dalam matematika.
5. Mempersiapkan solusi dan strategi terhadap situasi masalah baru.
6. Mengajukan masalah yang kompleks sebaik mungkin, begitu juga masalah yang sederhana.
7. Menggunakan penerapan subjek yang berbeda dalam mengajukan masalah matematika.
8. Kemampuan untuk menghasilkan pertanyaan untuk mengembangkan strategi mengajukan masalah sebagai berikut.
a. Bagaimana saya bisa menyelesaikan masalah ini?
b. Dapatkah saya mengajukan pertanyaan yang lain?
c. Seberapa banyak solusi yang dapat saya temukan?
Memunculkan pertanyaan baru dari masalah matematika yang diberikan dianggap menjadi aktivitas utama dalam mengajukan masalah sebagaimana dijelaskan oleh English sebagai berikut.
1. Apakah gagasan penting dalam masalah ini?
2. Dimana lagi kita dapat menemukan gagasan yang sama dengan hal ini?
3. Dapatkah kita menggunakan informasi ini dalam satu cara yang berbeda untuk memecahkan suatu masalah?
4. Apakah kita cukup memiliki informasi penting untuk memecahkan masalah?
5. Bagaimana jika kita tidak memberikan semua informasi ini untuk membuat sebuah masalah yang berbeda?
6. Bagaimana mungkin kamu dapat merubah beberapa informasi ini?
Akan menjadi apakah masalah tersebut kemudian?Rangkaian pertanyaan di atas menunjukkan apabila ada seorang guru yang tidak berpengalaman dalam mengajukan masalah dapat melakukan aktivitas bertanya tersebut.Strategi dalam pengajuan masalah dapat dilihat dari beberapa tinjauan literatur. Strategi ini dapat diterapkan dalam mengajukan masalah tertentu. Strategi tersebut mengemukakan ”bagaimana melihat” atau menemukan masalah (Dillon). Krutetskii memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari masalah yang diajukan sebelumnya.
Hashimoto bertanya ”bagaimana jika”, dan ”bagaimana jika tidak” Brown Walter. Mempertimbangkan hubungan yang baru dari masalah baru (Polya). Strategi lain dalam mengajukan sebuah pertanyaan adalah untuk melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan mengajukan sebuah pertanyaan yang mengikuti hubungan tersebut (Krutelskii). Cara melihat atau menemukan masalah sejenis dengan gabungan strategi dalam perumusan masalah (Kilpatrick). Strategi ini berada pada penemuan tingkatan masalah (Dillon). Masalah tersebut ditampilkan pada penguji coba atau orang lain yang mengajukan pertanyaan, yang perlu dilakukan penanya adalah menemukannya.
Strategi lain adalah untuk memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari masalah yang diajukan sebelumnya. Ini serupa dengan penggunaan analogi dalam menghasilkan masalah baru yang terkait (Kilpatrick). dalam studi ini, terdapat dua strategi berbeda yang dikembangkan sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan mengenai masalah matematika dari masalah yang ada dalam buku pelajaran. Kilpatrick menjelaskan bahwa ada dua tahap dalam proses penyelesaian masalah selama masalah baru diciptakan. Penyelesaian masalah bisa dengan mengubah beberapa atau semua kondisi masalah untuk melihat masalah baru, apa yang mungkin dihasilkan dan setelah masalah diselesaikan. Penyelesaian masalah bisa dengan meninjau ulang bagaimana solusi dipengaruhi oleh berbagai macam permasalahan.
Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut:
a. Memilih satu masalah dari buku pelajaran matematika atau buku LKS matematika.
b. Menentuan kondisi dari permasalahan yang diberikan dan hal yang tidak diketahui.
c. Mengubah kondisi masalah dalam dua cara yang berbeda Pertama, tambahkan lagi  beberapa kondisi atau kondisi baru pada masalah asli kemudian rumuskan satu pertanyaan baru. kedua, pindahkan kondisi dari masalah asli kemudian rumuskan pertanyaan baru.
2. Mengajukan masalah matematika dari situasi yang belum terstruktur. Stoyanove menjelaskan situasi masalah yang belum terstrukstur sebagai situasi terbuka yang diberikan dan menggunakan format berikut:
a. Masalah open-ended (penyelidikan matematis).
b. Masalah yang sejenis dengan masalah yang diberikan.
c. Masalah dengan solusi serupa.
d. Masalah berkaitan dengan dalil khusus.
e. Masalah yang berasal dari gambaran yang diberikan
f. Masalah kata-kata.
Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.
a. Situasi kehidupan sehari-hari yang ditampilkan pada semua siswa.
b. Siswa diminta melengkapi situasi dari pandangan mereka untuk menyatakan masalahyang berasal dari situasi yang dibentuk.
c. Masing-masing siswa telah melengkapi masalah dari situasi tertentu untuk kemudian mengajukan beberapa pertanyaan dari situasi tersebut
d. Tulis semua masalah yang diajukan yang berkaitan dengan masalah tersebut.
Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dariguru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran problem posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Dengan penerapan model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa belajar kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.

Tahapan-tahapan pembelajaran problem posing meliputi :
1. Tahap Perencanaan
a) Penyusunan rancangan kegitan dan bahan pembelajaran.
b) Guru mengorganisasi bahan pembelajaran dan mempersiapkannya .
c) Guru menyusun rencana pembelajaran, termasuk di antaranya kisi-kisi hasil belajar ranah kognitif dan afektif.
2. Tindakan
a)         Guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan diharapkan kepada siswa dengan harapan mereka dapat memahami tujuan serta dapat mengikuti dangan baik proses pembelajaran baik dari segi frekuensi maupun intensitas. Penjelasan meliputi bahan yang akan diberikan kegiatan sampai dangan prosedur penilaian yang mengacu pada ketercapaian prestasi belajar baik dari ranah kognitif maupun afektif.

b)         Guru melakukan tes awal yang hasil nya digunakan untuk mengetahui tingkat daya kritis siswa. Hasil tes tersebut akan menjadi dasar pengajar dalam membagi peserta didik kedalam sejumblah kelompok. Apabila jumlah siswa dalam satu kelas adalah 30 orang. Agar kegitan dalam kelompok berjalan dengan proporsioal maka setiap kelompok terdiri atas 5 orang sehingga akan ada 6 kelompok . Fungsi pembagian kelompok ini antara lain untuk memporoleh pengamatan yang terfokus, namun juga merata, dalm arti setiap kelompok hendaknya terdiri atas siswa yang memiliki kecerdasan heterogen.

c)         Pegajar kemudian menugaskan setiap kelompok belajar untuk meresume beberapa buku yang berbeda dengan sengaja dibedakan antarkelompok.

d) Masing-masing siswa dalam kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan hasil resume yang telah dibuatnya dalam lembar problem posing 1 yang telah disiapkan (antara 5-7 pertanyaan)
e) Kesemua tugas membentuk pertanyaan dikumpulkan kemudian dilimpahkan pada kelompok yang lainnya. Misalnya tugas membentuk pertanyaan kelompok 1 diserahkan kepada kelompok 2 untuk dijawab dan dikritisi, tugas kelompok 2 diserahkan kepada kelompok 3, dan seterusnya hingga kelompok 6 kepada kelompok 1.

f)         Setiap siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi internal untuk menjawab pertanyaan yang mereka terima dari kelompok lain disertai dengan tugas resume yang telah dibuat kelompok lain tersebut. Setiap jawaban atas pertanyaan ditulis pada lembaga problem posing II.

g)         Pertanyaan yang telah ditulis pada lembar problem posing 1 dikembalikan pada kelompok asal untuk kemudian diserahkan pada guru dan jawaban yang terdapat pada lembar problem posing II diserahkan kepada guru.

h)         Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaan yang telah dibuatnya paada kelompok lain. Diharapkan adanya diskusi menarik diantara kelompok-kelompok baik secara eksternal maupun internal menyangkut pertanyaan yang telah dibuatnya dan jawaban yang paling tepat untuk mengatasi pertanyaan-pertanyaan bersangkutan. Pada saat yang bersamaan guru menyerahkan pula formal penilaian yang diisi siswa sendiri evaluasi diri. Jadi, siswa diberikan kesempatan untuk menilai sendiri proses dalam hasil pembelajarannya masing-masing.

3. Observasi
Kegiatan observasi sebetulnya dilakukan bersamaan dan setelah rangkaian tindakan yang diharapkan pada siswa. Observasi yang dilakukan bersamaan dengan tindakan adalah pengalaman terhadap aktivitas dan produk dalam kelompoknya masing-masing dan terhadap kelompok lainnya. Produk yang dimaksudkan di sini adalah sejauh mana kemampuannya dalam membentuk pertanyaan. Apakah pertanyaan ataupun aktifitas lebih mengarah pada aspek afektif.

kelebihan dan kekurangan problem posing, Petahuddin (1998:22) menyatakan bahwa :
a. Kelebihan Pendekatan Problem Posing
1) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mencapai pemahaman yang lebih luas dan menganalisis lebih mendalam tentang suatu topik yang diajarkan di kelas.
2) Memotivasi siswa untuk belajar lebih lanjut.
3) Memberikan kesempaatan pada siswa untuk mengembangkan sikap kreatif dan bertanggunng jawab.
4) Pengetahuan yang didapat yang banyak berhubungan dengan minat akan lebih dirasakan siswa dan berguna untuk hidup meraka.
b. Kekurangan Pendekatan poblem Posing
1) Sering kali siswa melakukan penipuan, siswa hanya meniru atau menyalin pekerjaan temannya, tanpa mengalami peristiwa belajar.
2) Apabila tugas terlalu sering diberikan maka ketenangan mental akan terganggu.
3) Menyita waktu yang lebih banyak bagi pengajar, khususnya waktu koreksi jawaban siswa.

Gaya gravitasi adalah interaksi terlemah di antara empat interaksi dasar yang terjadi antara partikel-partikel elementer. Gaya ini kecil sehingga dapat di abaikan dalam interaksi partikel elementer. Adalah juga sulit untuk mengamati gaya gravitasi antara benda-benda dalam kehidupan sehari-hari walaupun masa benda-benda itu beribu-ribu kilogram. Namun,gravitasi sangat penting bila kita memperhatikan interaksi yang melibatkan benda-benda yang sangat besar seperti pelanet,bulan dan bintang-bintang. Gravitasilah yang mengikatkan kita ke bumi dan mempertahankan bumi dan pelanet-pelanetlain dalam tata surya. Gaya gravitasi memegang peranan yang penting dalam evolusi bintang-bintang dalam prilaku galaksi-galaksi. Gravitasilah yang menjaga alam semesta terpadu. Kita mulai dengan menyatakan hokum-hukum empiris kepler tentang gerakan planet dan kemudian membahas bagaimana hukum-hukum ini berhubungan dengan hukum gravitasi newton.
Menjelang akhir abad ke enam belas, ahli astronomi Tycho Brahe mempelajari derakan pelanet dan membuat pengamatan yang di anggap lebih tepat dibandingkan model-model yang telah ada terlebih dahulu. Dengan menggunakan data dari Brahe, Johannes Kepeler,setelah banyak mencoba dan salah, menemukan bahwa lintasan pelanet mengelilingi matahari sebenarnya adalah elips. Ia juga menunjukan bahwa planet tidak bergerak dengan kelajuan konstan tetapi bergerak lebih cepat ketika dekat dengan matahari dibandingkan bila lebih jauh. Akhirnya,kepler mengembangkan hubungan matematika yang tepat antara periode planet dan jarak rata-ratanya dari matahari. Kepler menyatakan hasilnya dalam tiga hukum empiris tentang gerakan pelanet. Pada  akhirnya hukum-hukum ini merupakan dasar bagi penemuan newton tentang hukum gravitasi.
Ketiga hukum kepler adalah sebagai berikut :
Hukum  1. Semua planet bergerak dalam orbit elips dengan matahari di salah satu  fokusnya
Hukum  2. Garis yang menghubungkan tiap planet ke matahari menyapu luasan yang sama dalam waktu yang sama
Hukum  3. Kuadrat periode tiap planet sebanding dengan pangkat  tiga jarak rata-rata planet dari matahari
Hukum gravitasi newton
Walaupun hukum kepler merupakan langkah penting untuk mengerti langkah gerakan planet-planet, namun hukum tersebut tetap hanya aturan empiris yang di peroleh dari pengamatan astronomis Brahe. Tingglah bagi newton untuk mengambil langkah raksasa ke depan dan menghubungkan percepatan sebuah planet dalam orbitnya dengan gaya yang dilakukan oleh matahri pada planet yang berubah secara terbalik dengan kuadrat jarak antara matahri dan planet. Di samping newton,orang-orang lain telah menyatakan bahwa gaya semacam itu ada,tetapi newton mampu membuktikan gaya yang berubah secara terbalik dengan kuadrat jarak pisah akan menghasilkan orbit elipts yang diamati oleh kepler. Kemudian newton membuat asumsi tegas bahwa gaya semacam itu ada antara tiap dua benda dalam alam semesta. (sebelum newton,bahkan tidak di terima secara umum bahwa hukum-hukum fisika yang diamati  di bumi juga berlaku untuk benda-benda langit )
Hukum gravitasi newton mempostulatkan  bahwa tiap benda mengadakan gaya pada tiap benda mengadakan gaya tarik pada tiap benda lain yang sebanding dengan massa kedua benda itu dan berbandig terbalik dengan kuadrat jarak pisah antara mereka. Newton menunjukan bahwa, pada umumnya bila sebuah benda  (seperti misalnya planet atau komet) bergerak mengelilingi pusat gaya (seperti matahari) kemana benda itu ditarik oleh gaya yang berubah dengan 1/r2 ,lintasan benda itu adalah elips,parabola atau hiperbola. Lintasan parabola dan hiperbola berlaku untuk benda-benda (bila ada) yang hanya sekali mendekati satu lewatan matahari dan tak pernah kembali. Orbit semacam itu bukan orbit tertutup. Satu-satunya orbit yang tertutup yang mungkin dalam medan gaya berbanding terbalik kuadrat adalah elips. (sebuah lingkaran adalh kasus istimewa dari sebuah elips ). Jadi,hukum pertama kepler adalah akibat langsung hukum gravitasi nweton.
Hukum kedua kepler, hukum luasan sama, di peroleh dari kenyataan bahwa gaya yang diberikan oleh matahari pada planet diarahkan ke matahari. Gaya semavam itu dinamakan  gaya sentral.